Quality Time Bareng Teteh, Satu Cara Merawat Cinta untuk Anak Pertama

Spread the love

Sekitar dua minggu lalu saya merasa ada yang berbeda dengan sikap Teteh. Dasar mamak-mamak ya, feeling banget yang digunain. Bukan hal biasa soalnya tiba-tiba dia colek-colek ketika saya masak, nggangetin, dan bertingkah yang nggak sewajarnya

Akhirnya muncul pertanyaan, “Apa si Teteh ngerasa kurang perhatian ya?”. Maklum saja kalau saya berpikir demikian. Si Adek yang belum genap 2 tahun itu lagi manja-manjanya. Ada saja yang membuat kami memberikan perhatian lebih kepadanya.

Meskipun kami selalu berusaha untuk tidak ‘pilih kasih’. Tapi mungkin ada bagian dari diri Teteh yang merasa diperlakukan seperti itu. Sindrom punya anak lebih dari satu itu kadang suka nggak sengaja ‘nyuruh-nyuruh’ anak pertama (((berdasar pengalaman pribadi))). Meminta dia menjadi teladan dan memahami kami sebagai orang tua beranak dua.

Trus, saya ingat sebuah cerita di buku Enlightening Parenting 1-6 Tahun. Ada salah satu pengalaman orang tua menggunakan teknik “Aku Hanya Padamu” untuk anak-anaknya. Maksud dari teknik ini merupakan sebuah upaya agar anak-anak percaya bahwa setiap individu dari mereka dicintai dan diterima oleh kedua orang tuanya.

Jadi, begini aplikasi teknik ini; setiap orang tua memberikan waktu khusus untuk setiap anak tanpa gangguan siapa pun. Nggak perlu lama-lama kok, cukup 15-30 menit setiap hari. Berhubung kami baru punya dua anak, bisa gantian gitu. Kalau Teteh sedang bersama saya, Adek bersama bapaknya.

Saya dan Teteh jalan pagi

Setelah saya pikir-pikir, bener jugak sih. Kayak hubungan orang dewasa yang butuh quality time, anak-anak tentu butuh sekali hal ini. Untuk membangun bonding yang mungkin saja mulai luntur secara nggak sengaja.

Saya pun mengutarakan hal itu kepada suami. Dan kita sepakat untuk mencoba teknik ini. Di awali dengan jadwal naik sepeda dengan Bapak dan hari berikutnya jalan kaki bersama saya. Ini berlaku untuk Teteh dulu.  Ya, sebenernya waktu bersama Adek memang kayaknya lebih banyak. Proses bagi waktu ini mungkin akan lebih terasa bagi Teteh.

Ngomongin me time bareng anak pertama ini, sepertinya bapaknya dulu mengaplikasikan. Pasalnya, selain punya waktu latihan sepeda yang awalnya hampir tiap pagi, blio juga punya jatah bacain buku sebelum Teteh tidur. Beneran hanya berdua, kek orang pacaran! Hahaha.

Sejak memutuskan menjadi a stay at home mom, anak-anak memang punya lebih banyak waktu bersama saya. Tentu, jejak tumbuh kembang mereka pun nampak lebih jelas. Hanya saja, masalah mengusahakan waktu yang berkualitas bagi anak sebagai individu yang berbeda ini agak sulit.

Pertama, karena saya mengerjakan setiap inci jobdesk sebagai ibu rumah tangga sendiri. Tanpa bantuan asisten rumah tangga. Kadang-kadang malah jadi terlihat sok sibuk ketimbang suamik. Habis ini, ngerjain itu, trus yang di sana, yang di depan. Eh, kok ternyata sudah sore. Yah, nggak sempet main lagi deh hari ini.

Kedua, waktu bermain yang sering saya satukan. Memang, jadwal main dan kruntelan bareng anak-anak selalu ada. Tapi kadang ( menurut saya) kurang maksimal untuk setiap anak. Misal Teteh sedang main kolase, nanti Adek ikut nimbrung. Terjadilah huru hara! Hahaha.

Beli kue favorit Teteh

Kegiatan yang saya pilih untuk quality time selanjutnya ( selain jalan pagi) juga nggak ribet kok! Yang paling sering, kami membaca buku bareng. Kemudian menata rambut, ‘mpok-mpok’ sebelum tidur, masak, sama gelendotan.

Sejak menjadi orang tua, perasaan senioritas yang cukup egois dalam memaksakan kehendak kadang muncul. Memang nggak disengaja, mungkin pengaruh pengasuhan masa kecil. Contoh, ketika bermain, saya kok kayaknya gampang geregetan kalau Teteh kesulitan. Hihihi.

Quality time receh kita (kepang rambut)

Nah, sejak menjalankan quality time ini saya mencoba menyelami dunia Teteh. “Ni anak masih 5 tahun, belum cukup kuat kemanpuannya, bla bla bla”. Begitu pikir saya ketika sedang berdua bersama Teteh.

Sekali waktu ketika kami sedang berpegangan tangan. Tiba-tiba Teteh gelendotan. Ya Allah, ternyata sudah lama ya Teteh dan saya nggak ndusel-ndusel berdua. Melow dah mamak ini!

Di waktu-waktu berdua ini, saya juga menyelipkan beberapa nilai, mengingatkan aturan atau membuat kesepakatan. Poin ini hanya ‘kadang-kadang’ yang rendah intensitasnya ya! Lebih sering chit chat aja gitu. Mendengarkan cerita-cerita seru versi Teteh dan belajar menurunkan berbagai ekspektasi saya pada anak pertama yang nyata-nyata baru berusia 5 tahun.

Sungguh, momen berdua seperti ini menjadi berharga untuk saya. 15 menit yang penuh kehangatan untuk membangun kembali sebuah hubungan dan meningkatkan bonding.