Cara Kami Mendapatkan Buku Bacaan untuk Meningkatkan Minat Literasi Anak

Spread the love

“Untuk mencintai buku, anak perlu figur pembaca buku di rumah. Perlu dibacakan buku setiap punya waktu luang. Bahkan memang perlu meluangkan waktu untuk membacakan buku”

Sejak sebelum menikah dan punya anak, saya sudah tertarik dengan buku-buku anak. Sebabnya tentu saja karena buku bacaan anak jaman sekarang bukan saja bermakna tapi covernya menggoda untuk dibuka. Beruntung rasa tertarik itu dapat disalurkan dengan usaha ‘memampukan’ diri memiliki beragam buku bacaan tersebut.

Mengapa saya pilih kata “memampukan”? Karena saya juga bukan orang dengan mudah membeli apa-apa yang diinginkan. Perlu usaha untuk mendapatkan sesuatu. Termasuk untuk memiliki buku bacaan anak ini. Kalau mau memampukan diri ya memang sedikit memaksakan keinginan menjadi sebuah prioritas.

Saya punya misi supaya anak-anak tidak buta literasi. Anak-anak harus dekat dengan bacaan, dengan buku sebagai salah satu cara untuk memperluas wawasan. Karena prioritas ini yang saya pilih maka penghasilan lebih banyak digunakan untuk membeli buku bacaan ketimbang pakaian atau mainan.

Beruntung, saya tinggal di tempat yang punya akses mudah untuk meningkatkan minat literasi anak. Informasi tentang kemudahan mendapatkan buku pun saya terima. Jadi, prioritas saya bukan saja sekedar keinginan. Tapi didukung semesta. Mestakung!

Nah, kali ini saya mau berbagi informasi tentang cara kami (saya dan suami) mendapatkan buku bacaan untuk anak. Penting nggak penting, sih! Penting bagi yang kepengin tahu, nggak penting bagi yang sudah tahu atau nggak butuh info. Hahaha. Apa sih tegang amat!

Pertama, saya mendapatkan buku bacaan untuk anak dari toko offline. Dulu sebelum pandemi, saya, suamik dan Teteh sering ke toko buku. Kebetulan kami tinggal di perkotaan yang dekat dengan toko buku (jatuhnya di ngemol sih). Eh, tapi ada Gramedia yang cuma storenya aja deng!

Si Teteh sudah kenal dengan toko buku sejak bayik. Dulu yang dia tahu kalau ngemol, ujung-ujungnya di ajak mamaknya mencari buku bacaan. Toko buku menjadi salah satu lokasi terpaparnya Teteh dengan literasi.

Senangnya ke toko buku itu, kita bisa melihat secara detail buku bacaan. Kita tahu bahan bakunya bagaimana, kalau beruntung isinya pun bisa kita lihat. Pas beli, kita benar-benar sudah yaqin bil haq menentukan pilihan buku yang mau dibayar.

Setelah sampai di rumah kita tidak akan kebanyakan complain tentang buku bacaan yang dibeli. Kalau tidak cocok karena cacat setelah kita cek ricek yang kesalahan bukan dari toko. Melainkan dari pihak pembeli.

Tapi, minusnya harga jual toko buku offline cenderung lebih mahal. Ada sih event diskon,hanya saja tidak setiap hari. Solusinya supaya dapat harga miring ya pergi ke berbagai toko buku dan cari harga termurah. Kita tahu sendiri kan buku bacaan untuk anak itu harganya TIDAK murah. Harga miring perlu diperjuangkan. Itu prinsip saya, sih! Hahaha.

Kedua, dapat buku bacaan anak dari jastip. Biasanya jastip ke teman-teman yang pergi ke BBW. Teteh itu lahir di pertengahan bulan April tahun 2016. Tak lama setelah itu ada event Big Bad Wolf Books di Tangerang. Kalau tidak salah itu pemeran buku pertamanya di Indonesia.

Jaman baheula, ex. sekolah tempat saya kerja hunting buku bacaan anak sampe ke Malaysia lho! Ya, pas momen BBW itu. Menurut penuturan sobat saya yang ke Malay, soal harga emang miring bangeet. Tetap lebih miring ketimbang pameran di Indonesia. Kata doi, itu lho!

Di tahun Teteh lahir itu sangat ingin melancong ke BBW. Tapi apa daya, drama postpartum belum usai. Akhirnya, saya jastip buku bacaan Teteh yang belum genap sebulan itu ke teman yang ke sana.

Buku bacaan pertama Teteh judulnya “The Very Hungry Caterpillar”. Masih ada sampai sekarang dan memang itu buku everlasting. Ditulis Eric Carle tahun 1979, tapi masih sangat relevan dibaca generasi alpha! I love it!

Senengnya jastip yang bisa dapet buku impor berkualitas dengan harga miring. Kalau kita pergi sendiri 1 juta tidak cukup karena kebanyakan laper mata. Bersyukur saya tidak pernah ke event ini untuk mencari buku bacaan anak.

Selain karena modal perginya juga lumayan. Saya khawatir laper mata tadi terus kalap terus habis sudah tabungan. Walaupun pas jastip juga kemungkinan menguras kantong selalu ada. Karena uang harus ada ketika barang ada. Kalau tidak siap-siap dari awal nabung di awal yang lumayan banyak habisnya.

Semenjak pandemi saya tidak pernah jastip lagi. Lagi pula sekarang event BBW ini lebih sering diadakan lewat market place ijo. Semakin memudahkan kita jika mau mendapatkan buku bacaan kualitas impor harga miring.

Buku bacaan anak jastip BBW

Ketiga, beli buku bacaan anak melalui online shop. Awalnya hanya beberapa buku bacaan Teteh dari penerbit indi saja yang saya beli secara online. Seperti buku terbitan Rabbit Hole yang kala itu happening banget. Buku pop-up karya Impian Studio dan beberapa penerbit lain yang saya lupa namanya . Hehehe.

Biasanya saya beli buku bacaan anak ketika ada promo. Belinya langsung ke penerbit. Mereka mengadakan promo ketika launching buku baru atau ada barang reject. Saya paling seneng kalau ada stok reject! Bukunya masih sangat layak baca, paling lem atau elemen lain yang salah pasang saja. Dan harganya sangat sangat miring.

Cara ketiga ini yang  masih saya terapkan sampai sekarang. Paling aman dari jangkauan virus dan laper mata. Kalau mau beli buku bacaan anak secara online saya biasanya riset dulu. Duileeeh! Ini untuk memastikan harga dan kualitas isinya. Yang diriset bukan hanya buku, tapi juga tokonya. Biar tidak menyesal di kemudian hari. Wkwkwk

Beberapa penerbit buku bacaan anak indi terpercaya versi saya ada @rabbithole dan @impian studio. @rabbithole menerbitkan buku bacaan anak standar psikolog. Owner sekaligus penulisnya, Mbak Devi Raissa itu psikolog. Bunda-bunda tidak perlu ragu lagi dah. Dan memang TOP isinya.

@impianstudio ini punya mas Hafeez Achda. Blio sekampus sama saya (nggak penting!). Buku-buku terbitan Impian Studio ini bertema pop-up. Buku Pop-Up pertama yang pernah ada di Indonesia. Penerbit besar lain punya yang model begini. Tapiiii, tidak ada yang sekomplek buku bacaan anak terbitan Impian Studio.

Ada juga penerbit @clavis dari Bandung. Clavis ini kayak franchise dari Clavis yang ada di Belanda. Buku-bukunya baguuuus syekali. Isinya sungguh bermakna, ilustrasinya enakeun. Sayangnya, doi cukup mahal dan tidak ada gratis ongkir. Mikir pake banget kalau untuk saya yang domisili luar Jawa. Hah!

Keempat, beli buku bacaan anak pake metode arisan. Nggak ada yang menolak kalau arisan itu the power of emak-emak! Hahaha. Dulu arisannya Tupperware. Sekarang mah arisan buku!

Metode ini bener-bener membantu saya untuk bisa menyisihkan uang yang dialokasikan untuk beli buku bacaan anak. Awalnya males ikut karena saya nggak suka beli buku yang homogen isinya. Berhubung alasan doku dan ongkir, akhirnya ikut arisan juga.

Saya beli buku terbitan Mandira Dian Semesta di @putriste. Mak Putri temen saya ngajar dulu. Selain sebagai pembeli, kadang blio juga merangkap jadi penjual. Menurut saya, terpercayalah blio ini.

Jika kita membeli buku secara arisan dari book advisor penerbit besar ongkirnya gratis. Bener-bener Rp 0. Salah satu kebahagiaan saya di situ sih! Hahaha. Keberuntungan tampak akan berpihak lagi pada kita jika ikut arisan di kala diskon. Makin miring harganya.

Baru-baru ini saya ikut arisan di toko buku online @rumah_buku_original. Toko ini melayani pembelian buku bacaan anak secara cash atau arisan. Kebetulan saya dapat kesempatan ikut arisan @50k/bulan selama 10 bulan. Kalau sekarang kayaknya sudah tidak ada. Yang ada 100k/bulan selama 5 bulan.

Saya seneng banget bisa ikut arisan di Rumah Buku Original karena buku bacaan yang kita peroleh bisa beragam. Kita bisa memilih buku dari berbagai penerbit dengan genre berbeda. Ini salah satu yang membuat saya bakalan ikut lagi kalau tanggungan arisan sudah habis.

Arisan tuh kayak nabung. Bedanya kita tidak harus sampai full target baru beli barang. Tapi kita ditalangi anggota lain untuk membeli jika kita dapet undian. Emang niat banget sih ikut arisan buku bacaan anak. Biar punya banyak buku tapi keluarnya uang nggak kerasa.

Beberapa penerbit besar yang menyediakan sistem arisan buku bacaan anak ada banyak. Beberapa yang saya ketahui ada Mandira Dian Semesta (MDS) grup Mizan, Sygma Daya Insani (SDI), dan Widya Wiyata Pratama (WWP) PT. Tigaraksa.

Salah satu buku bacaan anak dari MDS

Kelima, buku bacaan anak melalui aplikasi literasi digital. Aplikasi ini wajib banget punya, sih! Pas stok buku itu-itu aja dan anak-anak bosan bisa banget jadi solusi. Saya pakai aplikasi Let’s Read yang bisa di download via Apps Store dan Play Store.

Buku bacaan yang disediakan banyaaaaak sekali. Tidak hanya dari dalam negeri tapi dari berbagai negara di Asia. Soalnya Let’s Read ini aplikasi bikinan The Asia Foundation. Cerita yang disajikan mengangkat tema sosial budaya, keberagaman, dan banyak nilai lain. Tak lupa, ilustrasinya bagus jugak. Layaknya buku-buku bacaan anak sekarang pokoknya.

Sekian berbagi info yang ternyata panjang juga ini. Meskipun banyak cara mendapatkan buku bacaan anak, tapi perjuangan untuk meningkatkan ketertarikan pada literasi baru dimulai lho! Punya buku baru langkah awal!

Semoga bermanfaat! 😊