Biar Ibu Nggak Galau Pasca Resign Kerja

Spread the love

Halo,

Minggu ini, aku bener-bener buta ide bikin blog post! Tapi, rasa sayang gitu kalau sama sekali nggak ada postingan baru. (Biasa nih! Anak males, tapi nggak mau nerima rugi. Wkwkwk)

Btw, dua hari lalu aku bikin konten yang warbiyasak viral. Ini viral versi akunku ya. Karena kalo kata Ko Niko, setiap akun punya kriteria viral beda-beda, tergantung jumlah followernya. “Karena gue bukan artis, dalam satu konten yang baru 2 hari bisa mendatangkan 100 follower dengan ER di atas 1000 itu WOOW banget sih!”

Jadi, konten ‘viralku’ berisi  curcol pasca resign kerja. Sebenernya, ini pengalaman pribadi yang dijadiin di konten. Ah, ternyata nggak cuma aku yang segalau itu setelah memutuskan resign kerja!

Resign kerja setelah bertahun-tahun meniti karir itu vibesnya kayak kita lagi otw mau akad nikah. Fix, lo udah mantep dan yaqin tetapi di jalan lika likunya banyak. Khususnya bagi perempuan yang akan atau sudah menjadi ibu.

Bayangin, dari kerja yang katakanlah sudah bertahun-tahun dan meraup banyak keuntungan, baik secara finansial maupun kesehatan mental. Meskipun di beberapa sisi, pas kerja kita bisa menurunkan kesehatan mental juga, sih. But, aku lagi menilai dari sisi positifnya, nih! Ketika kerja, kita punya ruang mengaktualisasi diri yang benar-benar nyata.

Ketika kerja, kita dapat penghasilan yang bisa digunakan untuk memenuhi keinginan. Kita bisa beli apa aja yang kita inginkan tanpa banyak mikir. (Mikir juga sih, kalo harganya bikin pusing! Wkwkwk) “Tapi, itu kan hasil kerja kerasku!” Sedikit banyak aku punya hak prerogratif dong untuk mengelolanya.

Setelah resign, everything is done! Mam mam tuh checkout keranjang Shopee. Yang ada keranjang penuh, trus tiba-tiba stok habis dan gagal beli. Karena kita mikir panjaaaang banget buat beli. Eh, tapi ini beda cerita kalau yang punya akun Shopee istrinya para “crazy rich”! Hahaha.

Paling parah ketika tiba-tiba muncul berkelebat-kelebat rasa iri melihat pencapaian temen. Dikit-dikit nggak pede sama diri sendiri. Ditambah adaptasi dengan segala rutinitas domestik yang you know lah! Argggh!! Jujur, aku butuh waktu yang nggak sebentar untuk menemukan momen “AHA, aku baik-baik saja kok setelah resign!”.

Menurut pandanganku pribadi, wajar kok kalau ibu yang resign kerja itu merasa GALAU di masa transisi. Ya, hei kita manusia yang sedang beradaptasi dengan suasana baru. It’s normal!

Tapiii inget ya, kamu nggak boleh berlarut-larut!

Move on yuk! Karena kalau sampe berlanjut terus kebaperan kita, malah bisa menimbulkan masalah lain. Yuk, temukan hal positif yang bisa dilakukan!

Kalau boleh cerita, menemukan hal positif adalah koentji supaya kita bisa kembali memberdayakan diri. Meskipun di rumah, kita tetap bisa mengaktualisasikan diri. Yang penting, mulai aja dulu!

Hampir setahun ke belakang ini, aku mulai menulis. Menulis apa pun, ini healingku dari kepenatan urusan domestik. Dan, kegiatan ini bikin aku bahagia. Ah, ternyata aku nggak harus pergi kemana-mana untuk bisa bahagia dan memberi manfaat untuk orang lain. Resign kerja ternyata nggak mengubur kebahagianku, kok! Cmiiw.

Koentji lain untuk menemukan kebahagian setelah resign kerja adalah menentukan standar kebahagiaan. Jujurly, kita nggak bisa terlalu muluk-muluk lagi. Bisa jadi, duduk diem di pagi hari tanpa ada gangguan adalah versi bahagiamu sekarang. Yuk, lakuin! Biar enjoy menghadapi hari ini. Atau mungkin kamu perlu waktu masak resep baru. Bagiii dong!

Koentji terakhir (besok aku cari lagi ya, ada berapa kunci sebenernya! 😊), komunikasi dengan pasangan. Meskipun aku yang resign kerja, tapi andil pasangan banyaak banget. Komunikasi tentang resign kerja nggak berhenti di “aku setuju kamu resign”. Karena di jalan, batu kerikil cukup bisa bikin ban bocor, lho!

Mulai komunikasiin tentang masalah keuangan, pengasuhan anak, pembagian urusan domestik dan ruang untuk aktualisasi diri di rumah. Kurang lebih hal urgent ini akan mempengaruhi bagaimana perjalanan kita menemukan jati diri pasca resign kerja. Fyi, aku memutuskan untuk menulis dan membuat blog atas hasil chit-chat pillow talk sama suami. I love you so much, Bapake nak-anak!

Kalau pun akhirnya, kita memutuskan untuk kembali bekerja. Yuk, diskusiin kembali masalah yang bisa jadi muncul setelah kita kerja lagi. Gimana caranya supaya bisa terminimalisir kehadirannya. Everything is gonna be okay kalau komunikasi kita lancar kayak sinyal internet.

Segitu dulu ya curhat di pagi hari ini. Stay happy untuk semua ibu yang baca tulisan ini!