Ternyata Anak-anak Juga Perlu Bangun Pagi
Disclaimer : Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
Dulu waktu saya masih kerja, anak-anak selalu bangun pagi. Jam 07.00 WIB sudah harus rapi. Karena kalau tidak demikian sama artinya dengan terlambat masuk kerja. Wkwkwk. Seolah-olah mereka ini dipaksa untuk harus bangun pagi. Waktu itu saya merasa kasihan juga sama anak-anak karena harus bangun dan mandi pagi. Apalagi si Adek waktu itu masih 3 bulan. “Deuh, kasian amat bayi pagi-pagi udah mandi”.
Makanya waktu resign dan kebetulan pindah ke luar pulau, anak-anak sering saya biarkan bangun agak siangan dikit. Biar saya leluasa ngapa-ngapain. Lha kok ternyata malah bikin anak-anak jadi tidur siangnya kesorean, bangun hampir Magrib dan malamnya tidur terlalu larut. Rutinitas harian mereka menjadi kacau.
Padahal ketika mereka selalu bangun pagi, rutinitas tidurnya selalu teratur, tepat waktu dan mencukupi waktu istirahat. Efeknya, saya sebagai orang tua juga jadi bisa memenuhi kebutuhan tidur setelah seharian bekerja.
Lain hal ketika anak-anak bangun tidur siangan dikit, ternyata malah nggak bikin saya jadi bisa ngapa-ngapain. Karena saya juga ikutan ngantuk karena ikut menemani mereka tidur larut malam. Tetapi dipaksa bangun lebih awal, sehingga badan rasanya jadi capek sekali. Dan saya juga jadi merasa nggak punya waktu untuk me time.
Sejak saat situ saya memutuskan untuk kembali mengubah pola tidur anak-anak. Banyak melakukan kegiatan fisik supaya energi mereka tersalurkan sehingga waktu tidur malamnya jadi lebih berkualitas.
Kenapa anak-anak juga harus bangun pagi?
#Membuat rutinitas hariannya lebih teratur
Penting banget membangun rutinitas untuk anak. Supaya mereka paham pola kegiatan yang harus mereka lakukan setiap hari. Kalau anaknya masih bayi, ya belum paham juga jika kita beritahu tentang jam. Begitu juga dengan anak balita.
Yang perlu kita lakukan adalah membuat sebuah rutinitas yang sama setiap hari. Hal ini akan membangun alarm tersendiri bagi anak. Tubuh mereka akan memberi merespon kapan waktunya tidur, kapan bangun, kapan harus makan. Dan pola itu pun akan mempermudah orang tua memanage waktu. Baik untuk dirinya sendiri maupun untuk si anak.
Setelah satu setengah tahun berjuang membentuk pola untuk anak-anak, akhirnya saya tahu bahwa anak bangun pagi adalah pondasi utama. Karena rutinitas anak bangun pagi akan mempermudah keberlanjutan kegiatan yang lain.
Si Adek misalnya, yang bangun pagi pukul 05.30 akan lebih mudah untuk menyelesaikan sarapan paginya. Karena sudah keburu lapar setelah semalam perutnya kosong. Setelah makan, moodnya juga akan lebih kondusif untuk melakukan aktivitas lain.
#Mengajarkan anak untuk disiplin waktu
Teteh masuk sekolah pukul 08.00, di awal-awal masuk sekolah saya agak longgar mengizinkan dia bangun pukul 06.30. Bahkan pernah baru bangun pukul 07.00. Dan hal itu membuat semuanya jadi serba terburu-buru.
Biasanya sih Teteh mandinya bisa kilat banget, tapi sarapannya yang lama. Kalau sudah begitu pas mau berangkat jadi sudah siang. Bapaknya yang nganter jadi menunggu lama. Alhasil malah jadi beliau yang terlambat. Banyak juga barang Teteh yang tertinggal karena Mamanya sudah heboh ngomel-ngomel. Endingnya, suasana mau berangkat sekolah jadi tidak menyenangkan.
Cara yang efektif untuk meminimalisir keterlambatan dan kehebohan di pagi hari untuk Teteh adalah dengan mengajaknya bangun pagi. Logikanya, jika anak bangun pagi maka dia akan punya spare waktu yang cukup banyak untuk melakukan aktivitas paginya. Terutama untuk kegiatan yang masih butuh waktu yang lama, seperti sarapan.
Hingga pada akhirnya, saya adalah orang tua yang menganut paham bahwa anak-anak juga tetap harus bangun pagi. Karena manfaatnya lebih banyak daripada mudhorotnya (ceileh gue ngomongin mudhorot!). Apalagi dalam agama Islam yang menjalankan ibadah sholat di waktu Subuh. Mengajak mereka bangun pagi tentu akan mempermudah mengenalkan dan membiasakan melaksanakan ibadah.
Kalau kalian gimana, Buk-Ibuk?
Yaampun, selama itu saya nggak nulis. Ternyata kaku juga yaaa! Hihihi.
Tulisannya bagus banget mba masyaAllah. Ngalir bacanya. Semoga tetap lanjut nulis ya mba.
Terima kasih mbak, semoga bermanfaat ya… 🙂